diperkirakan ia hidup dalam suasana sufi tersebut hingga usia lima belas tahun [1],maka dapat dikatakan bahwa al Ghazali memulai pelajaran awalnya dengan pendidikan sufi ,ketika sufi yang mendidiknya tak mampu lagi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya ia dianjurkan untuk di masukkan ke sekolah untuk mendapatkan pengetahuan serta santunan kehidupan .Ia mengawali pendidikan formalnya dengan mempelajari fiqh serta ilmu-ilmu dasar lainnya dari Ahmad al Radzkani di Thus serta dari Abu Nasr Ismaili di Jurjan tepatnya pada tahun 465 - 470 H kemudian kembali ke Thus dan mengulang kembali pelajaran yang telah di pelajarinya selama kurang lebih sekitar tiga tahun sambil mempelajari tasawuf kepada Yusuf al Nassaj (w 487 H) .tahun 473 H ia pergi ke Nishabur untuk belajar di madrasah al Nidzamiah di sana ia berkenalan dengan seorang tenaga pelajar bernama al Juwaini yang mengenalkannya kepada ilmu Kalam dan Mantiq ,menurut Abd Ghaffar ibn Ismail al Farisi ,al Ghazali menjadi seorang pembahas yang paling pintar pada zamannya hingga membuat namanya termashur ketika itu ,namun kemashuran yang diperolehnya tidak membuatnya lupa terhadap gurunya ia tetap setia menemaninya ,tidak meninggalkannya hingga Al Juwaini wafat pada tahun 478 H /1085 M [2].
Sebelum gurunya meniggal ia diperkenalkan oleh Nizham Mulk perdana mentri dari sultan saljuk Malik Syah sekligus pendiri madrasah-madrasah Nizhammiah .disini ia juga mempelajari ilmu tasawuf kepada Ali al Farid ibn Muhammad ibn Ali al Farmadzi ( w 477 H / 1084 M ) ,setelah kewafatan gurunya al Ghazali pergi meninggalkan Naishabur menuju negri Askar untuk menemui Nizam Mulk disana ia mendapatkan kehormatan yang besar untuk berdebat dengan para ulama ,dari perdebatan yang dimenangkannya ini namanya semakin mashur serta disegani karna keluasan ilmunya .Hingga pada tahun 484 H/ 1091 M ia diangkat menjadi guru besar di madrasah Nizhamiah ,Baghdad selama kurang lebih empat tahun ,pengalamannya di sekolah Nizhamiyah dijelaskan dalam bukunya Al Munqiz Min ad Dhalal selama menjadi tenaga pengajar ini ia juga mendalami filsafat secara outodidak terutama pemikiran al Farabi serta Ibnu Sina dll.
Pada tahun 488 H (1095 M) ia dilanda keragu-raguan ,skeptis terhadap ilmu-ilmu yang dipelajarinya .ia tertimpa penyakit selama kurang lebih dua bulan yang membuatnya tak dapat mengajar di madrasah Nizhamiyah hingga akhirnya ia meninggalkan kota Baghdad menuju kota Damaskus ,disana ia menulis ,merenung dan membaca selama kurang lebih dua tahun dengan tasawuf menjadi jalan hidupnya [3],kemudian pindah ke Baitul Maqdis ,Palestina untuk melaksanakan ibadah serupa ,setelah itu ia tergerak untuk pergi haji serta mengunjungi makam rasulullah kemudian berkunjung ke kota kelahirannya di Thus .Keadaan skeptis ini ia alami selama kurang lebih sepuluh tahun pada priode tersebut ia menuliskan karya monumentalnya Ihya Ulum Ad Diin .karna desakan dari sultan saljuk ia kembali mengajar di madrasah Nizhamiyah selama dua tahun [4] kemudian kembali ke Thus untuk mendirikan madrasah bagi para Fuqaha beserta sebuah zawiyah atau Khanaqqah untuk para Muthasawwufin .setelah kepulangannya ke kota kelahirannya ia tetap berkhalwat dan beribadah seperti yang dilakukannya sebelum-sebelumnya ,di sinilah kemudian beliau wafat pada tahun 505 H (1111 M) .Dari uraian singkat diatas tentang prihal perjalanan hidup Al Ghazali kita dapat menemukan bahwa al Ghazali lebih banyak menjalani fase kehidupannya dalam ruang lingkup tasawuf .ia juga pernah menjalani kehidupan sebagai seorang mutakallim di tandai dengan perdebatan yang dimenangkannya dengan para ulama ,ia juga mendalami falsafah ketika menjadi tenaga pengajar di Nizhamiyah meskipun hanya secara outodidak .maka jika riwayat kehidupannya disingkat dapat di ambil empat kemungkinan , pertama al Ghazali mengalami fase kesufian kedua ia juga mengalami bagimana rasanya menjadi mutakallim handal pada zamannya ketiga ia juga mendalami pemikiran falsafah orang-orang yang telah hidup pada masa sebelumnya walaupun hanya secara outodidak dan yang terakhir kembali kepada ajaran yang menjadi dasar awal yang membentuk pemikirannya yaitu tasawuf akan tetapi yang menjadi catatan disini ia lebih banyak mencurahkan perhatiannya kedalam dunia tasawuf karna memang merupakan basis awal yang membentuk karakternya semasa mudanya dan juga merupakan jalan hidupnya .
Untuk mengetahui lebih lanjut apakah ia seeorang falosof atau bukan maka mari kita selusuri dasar dari pada kata tersebut .Falsafah memiliki kata dasar dari dua kata yang partama philo sedang yang kedua adalah shopia jika digabungkan menjadi philoshopos atau philoshopia yang berarti cinta keijaksanaan ,philo berarti cinta sedang shopos berarti kebijaksanaan dalam ingris dikatakan love of wisdom sedang dalam belanda dikatakan wijsbegeerte sedangkan dalam dunia arab dikatakan muhibbul hikmah [5].kebijaksanaan sejati atau pengetahuan sejati tak mungkin didapat dengan hanya sekedar berfikir tanpa adanya pendalaman serta tak mungkin hanya dimiliki oleh satu orang saja, sejarah telah mencatat ketika timbulnya seorang filosof maka akan ada filosof yang lain yang datang setelahnya atau masanya untuk mengoreksi penemuan yang pertama dan mengemukakan gagasan-gagasan yang mengkoreksi gagasan yang sebelumnya demikian seterusnya sepanjang kehidupan manusia berlangsung ,bagi siapa yang mau berfikir lebih mendalam tentang kehidupan ,singkatnya secara sederhana dapat dikatakan bahwa falsafah adalah hasil kerja berfikir secara mendalam tentang hakikat dari segala sesuatu secara sistematis ,radikal ,serta universal sedangkan filsafat islam itu sendiri adalah hasil pemikiran yang mendalam tentang ketuhanan kenabian ,manusia ,dan alam yang dilingkupi ajaran islam dalam aturan yang cukup logis dan sistematis [6].
Orang yang berfikir secara mendalam tentang hakikat segala sesuatu dinamakan seorang filosof sedangkan orang yang berfikir secara mendalam tentang ajaran-ajaran agama islam dinamakan filosof muslim tetapi ada juga sejahrawan yang mengatakan bahwa filosof muslim adalah seorang filosof yang hidup di tanah arab serta beragama islam ,adapun bahasan yang menjadi kajian dalam falsafah islam seperi yang dikemukakan oleh Muhammad Athif al Iraqy diantaranya adalah Ilmu Kalam ,Ilmu Tasawuf ,Ilmu Ushul al Fiqh dan ilmu pengetahuan lainnya yang diciptakan oleh pemikir islam yang menyangkut dengan tema-tema yang ada dalam ajaran agama islam .sedang Ibrahim Madkur membatasi falsafah islam dengan pemikiran yang lahir dalam dunia islam untuk menjawab tantangan zaman yang meliputi Allah dan alam semesta ,wahyu dan akal ,agama dan falsafah .sedangkan Ahmad Fuad al Ahwani mendefinisikannya sebagai pembahasan tentang alam dan manusia yang dinaungi ajaran-ajaran islam [7] .
Daftar Pustaka
Ahmadi , A.,Drs purwantana dan M.A.Rosali .,Seluk-Beluk Filsafat Islam Untuk Perguruan Tinggi ., PT .Remaja Rosdakarya – Bandung
Nasution,Hamsiah ,Dr.,M.A.Filsafat Islam .,Jakarta : Gaya Media Pratama ,1999.,cetakan I,April 1999 /Muharram 1420 H
0 komentar:
Posting Komentar