Filsafat Yunani yang masuk kancah pemikiran Islam melalui
kegiatan penerjemahan yang diakui membuat perkembangan filsafat Islam semakin
pesat, akan tetapi suatu kesalahan jika dikatakan bahwa pemikiran umat muslim
hanya terjadi pasca kegiatan penerjemahan atau hanya berupa nukilan-nukilan
dari filsafat Yunani yang terArabkan.
Perlu kita ketahui disini bahwa berguru tidak berarti meniru atau membebek belaka, harus dipahami bahwa budaya muslim menembus berbagai lapisan dimana ia bergumul dan berinteraksi, yang melahirkan banyak pemikiran-pemikiran baru, maksudnya jika dikatakan bahwa falsafah Islam merupakan jiplakan dari filsafat Yunani mengapa tidak dikatakan dengan hal yang serupa atas India dan Persia? Hal ini berarti bahwa transformasi dan peminjaman beberapa pemikiran tidak harus mengkonsekuensikan perbudakan maupun penjiplakan[1].
Perlu kita ketahui disini bahwa berguru tidak berarti meniru atau membebek belaka, harus dipahami bahwa budaya muslim menembus berbagai lapisan dimana ia bergumul dan berinteraksi, yang melahirkan banyak pemikiran-pemikiran baru, maksudnya jika dikatakan bahwa falsafah Islam merupakan jiplakan dari filsafat Yunani mengapa tidak dikatakan dengan hal yang serupa atas India dan Persia? Hal ini berarti bahwa transformasi dan peminjaman beberapa pemikiran tidak harus mengkonsekuensikan perbudakan maupun penjiplakan[1].
Perjalanan Islam yang cukup panjang selama kurang lebih dari
setengah abad sebelum mengenal pemikiran Yunani menunjukan bahwa telah ada
system berfikir maupun pemikiran-pemikiran yang ditandai dengan adanya kegiatan
pengkajian terhadap al Qur’an maupun para kaum teolog (kalam), ahli fiqh dll.
Tentunya dalam perjalanan tersebut bukan berarti tidak ada konflik maupun
pertentangan dan perbedaan dari perjalanan pemikirannnya yang kesemuannya pada
dasarnya juga memberikan petunjuk bahwa sebelum Islam mengenal adanya logika
dan filsafat Yunani telah ada model pemikiran filosofis yang dilakukan oleh
umat muslim yang menyangkut persoalan-persoalan teologis dan kajian hukum yang
secara tak langsung telah menyiapkan landasan dasar bagi diterima dan
dikembangkannya logika dan filsafat Yunani dalam Islam[2]. Yang menjadi
pertanyaan dari manakah sebenarnya pemikiran rasional filosofis dalam Islam
berawal? Serta mengapa Islam tertarik untuk mempelajari filsafat Yunani!
Pemikirann rasional-filosofis dalam Islam sebenarnya lahir
bukan dari pihak lain akan tetapi dari kitab suci mereka sendiri dari al
Qur’an, khususnya dalam kaitannya dengan upaya-upaya untuk menyesuaikan antara
ajaran teks dengan realitas kehidupan sehari-hari. Pada masa sang pembawa
risalah sebelumnya permasalahan dapat diselesaikan dengan mudah pertama
dikarnakan keberadaan Nabi sendiri yang menjadi rujukan bagi setiap
permasalahan lainnya bahwa daerah kekuasaan Islam yang ketika itu belum meluas
jauh, yang secara langsung terdapat budaya dan kebiasaan yang berbeda dengan
daerah yang telah dikuasai pada Zaman Nabi sebelumnya, yang secara tak langsung
menimbulkan banyak persoalan yang semakin rumit yang menyangkut ajaran-ajaran Islam
sendiri yang membuatnya harus dapat menyesuaikan atas keadaan yang serba baharu
didaerah baru.
Problematika, situasi kondisi maupun banyaknya pertentangan
antara para ulama Islam membuat mereka secara tak langsung terdorong secara
paksa untuk mengembangkan system pemikiran yang lebih relevan dan sistematis
untuk membuktikan kebenaran yang ada dalam ajaran-ajaran yang terkandung
didalamnya. Pada saat kebutuhan serta gairah untuk mencari pengetahuan tersebut
filsafat Yunani hadir dalam kancah pemikiran Islam yang pertama kali dikenalkan
oleh al Kindi. Kehadiran filsafat Yunani yang sistematis serta mendapat
dukungan yang baik dari pemerintah ketika itu membuat filsafat Yunani menduduki
posisi puncak dalam percaturan pemikiran Arab-Islam walaupun banyak penentangan
yang didapatkan dari para kaum teolog maupun fiqh ortodoks seperi Ahmad bin
Hanbal.
Kehadiran fisafat Yunani amat bermanfaat bagi ajaran-ajaran
Islam yang seakan-akan menjadi penyempurna bagi keberadan pemikiran Islam yang
telah ada didalamnya jauh sebelum mengenal logika Yunani, membuat pemikiran
yang ada dalam Islam menjadi lebih sistematis, lebih rasional yang mudah
diterima maupun dibuktikan secara empiris-rasionalis. Inilah yang sebenarnya
dikatakan bahwa Islam pada dasarnya membutuhkan filsafat Yunani untuk
mengembangkan ajaran-ajarannya yang sesuai dengan desakan Zaman yang terus
berjalan, yang menjadikan Islam dapat menyesuaikan dirinya dengan apa yang
dibutuhkan oleh zaman yang terus berubah dari budaya maupun system
pemikirannya. Menyesuaikan disini bukan diartikan dengan berubahnya
ajaran-ajaran Islam oleh mobilisasi zaman akan tetapi Islam harus membuat
bentuknya yang baru tanpa merubah ajaran yang substansial yang telah mutlak
didalamnya untuk menyesuaikan diri dengan kegiatan-kegiatan serta
desakan-desakan pemikiran yang ada pada zaman yang ada ketika itu
[1] A. Khudori Soleh. M.Ag., Wacana Baru Filsafat Islam.,
Pustaka Pelajar, February 2004., Hal: XV
[2] W. Montgomery Watt., Study Islam Klasik (Wacana Kritik
Sejarah)., Pt.Tiara Wacana, yogya 1999., Hal: 81
0 komentar:
Posting Komentar